1/20/2009

WAY KANAN, AKU INGIN MULAI “MENGENALMU”

Di penghujung 2008, keluargaku mulai berdiskusi tentang sebuah kemungkinan langkah untuk menjajaki suatu upaya pengenalan diri (sosialisasi) ke tanah kelahiranku, Way Kanan. Rencana ini muncul karena terinspirasi dari sikap gubernur terpilih Lampung periode 2009-2014, Sjachroedin, ZP yang memberi sinyal dukungan untuk mulai menjajaki kemungkinan ikut dalam proses suksesi politik di kabupaten yang telah berusia 8 tahun itu dan yang berbatasan dengan propinsi tetangga, Sumatera Selatan, pada medio 2010 mendatang. Isyarat dukungan Oedin, demikian ia sering disapa, disampaikan dalam suatu pertemuan kekeluargaan bersama beberapa tamu yang lain di kediaman pribadinya, Batu Putu, sebuah kawasan lembah nan hijau dan berhawa sejuk, di sebelah Barat kota Bandar Lampung.
Bagi kami, wacana ini tidak lantas sarat bernuansa politik, namun lebih kepada sebuah agenda yang dapat dijadikan alasan dan motivasi untuk memperbanyak perjalanan “silaturrahmi” ke tanah tumpah darah orangtuaku, kerabat, handai taulan dan kolega-kolega lama yang berdomisili di wilayah yang dikenal sebagai sentra tanaman keras, lada dan kopi sejak dulu. Motivasi lainnya yang tertanam adalah bahwa dengan segala keterbatasan pengalaman di bidang pendidikan, keagamaan dan kemasyarakatan lainnya yang kami miliki, mungkin dapat bertukar pikiran, gagasan dan bila mungkin dapat melakukan sesuatu “rembug karya” yang berguna bagi masyarakat, tentunya bersama berbagai elemen masyarakat di wilayah ini.
Diskusi di awal malam tadi berakhir tanpa kesimpulan tentang bagaimana rencana aksi atau program ke depan, namun setidaknya telah mempertautkan persepsi antara aku dan istriku untuk menghadapi suatu agenda penting di tahun 2009, rencana yang jika dilakoni akan menyita pikiran, waktu dan biaya. Memang tidak ada sembulan semangat berlebihan untuk agenda ini, seperti biasa kami menganut pandangan, menikmati proses dalam alur kehendak-Nya, adapun hasil, Sang Pencipta tentu telah menyiapkan formula terbaik, terindah dan tersayang. Tidak terasa, seiring desir angin malam menerpa dinding rumah, dingin mulai menyelinap di sela pori, kami tak kuasa menahan kantuk hadiah lelah, sementara Novemper segera berganti Desember. Kami mulai bergeser ke topik lain di tempat lain…. Selamat malam dan berdo’alah hari esok, masa depan kita di Way Kanan.

TANJUNNGRAJA SAKTI DAN SPIRIT PERUBAHAN

Perjalananku dihari sabtu 17 Januari 09 ke sebuah desa, Tanjung Raja Sakti kecamatan Blambangan Umpu Way Kanan bersama ayahku H. Basyarudin, Abahku Salih, adikku Ganda Putra dan ponakanku Aris menggunakan Innova silver metalik guna memenuhi undangan saudaraku, Sadek dan Ali Damsi untuk silaturrahmi dalam perhelatan ruwatan kampung dalam rangka ulangtahun desa yang kedua setelah secara definitif berdiri sendiri, terpisah dari induknya Tanjung Raja Giham. Kami tiba di desa yang masuk sekitar 500 meter dari pinggir Jalan Lintas Tengah Sumatera itu pada pada pukul 9.25 menit setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam dari Bandar Lampung dan sempat singgah lebih kurang 30 menit di rumah orangtuaku di Tiuh Balak Pasar Baradatu untuk berganti pakaian.
Bagiku kali ini perjalanan yang kedua setelah 2 minggu sebelumnya kami menginjakkan kaki di dusun yang berpenduduk lebih kurang 1200 jiwa itu yang dipimpin oleh seorang kepala desa wanita berpendidikan sarjana, masih muda dan memiliki semangat pengabdian tinggi untuk membangun daerah tempat tinggalnya.Ia dan suaminya, Sadek bahu membahu mengajak masyarakat untuk memajukan kampung mereka.

Kedatangan kami memang telah dinanti-nantikan oleh panitia karena aku mendapat amanah memberi tausyiyah dalam rangka tahun baru Islam 1430 H dan syukuran kampung ke 2. Tiba di lokasi, kami langsung disambut Sadek dan panitia lainnya yang langsung mengarahkan kami ke kursi paling muka beriringngan dengan Camat Blambangan Umpu, Erlan dan Istri yang tiba di lokasi lebih dulu. Aku duduk diapit oleh adinda Yose Rizal, SE, ketua Partai HANURA Way Kanan dan Junjun, Alimudin Sulung sambil mendengarkan suguhan mawalan yang dimainkan oleh remaja2 muslim kampung.Terik mulai menyengat di bawah tenda yang dipasang di halaman sebuah sekolah dasar negeri diatas hamparan tanah berpasir. Namun panas yang menerpa itu tidak mengurangi antusiasme para tamu yang makin banyak berdatangan untuk mengikuti serangkain acara bersama penduduk kampung yang terlihat cukup bersemangat dan meriah.


setelah menikmati suguhan beberapa lagu bernuansa religi, protokol segera menyapa undangan, acara pun di mulai. Sambutan demi sambutan disampaikan oleh para pengisi acara, mulai dari panitia, kepala desa, wakil tamu, camat, pembacaan hstoris kampung dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada 21 anak yatim dari lingkungan penduduk desa, pemotongan kue tart ulang tahun, kemudian aku dipanggil untuk menyampaikan ceramah agama tentang hikmah tasyakkuran dan tahun baru Islam.

Dari berbagai pidato sambutan, aku terkesan dengan penyampaian Bapak Sadek. Ia mencoba mengemukakan sejarah berdirinya kampung Tanjung Raja Sakti yang dimulai dari sebuah dusun di desa Tanjung Raja Giham yang lokasinya berada di pinggir lahan perkebunan milik sebuah perusahaan kayu. Berkat usaha Kadus, Bapak Ibrahim yang didukung oleh Kades Giham, Bapak Alimudin Sulung,yang memang figur tokoh terkemuka dan tauladan masyarakat di sana, mereka mulai merintis usaha pendirin kampung difinitif dengan cara memperluas lahan yang diperoleh dari perusahaan kayu disana. Mereka pun secara bertahap mendatangkan pemukim baru dari daerah-daerah sekitarnya untuk menempati dusun tersebut. Akhirnya dengan perjuangan yang keras dan tanpa lelah, pada tahun 2007, dusun itu menjadi desa definitif yang bernama Tanjungraja Sakti. Untuk melengkapi struktur desa, mereka mengangkat pelaksana tugas kepala desa dan para kepala dusun yang kini mengepalai 6 dusun.

Gaya bicara Sadek yang polos dan berapi-api di atas panggung, telah menambah suasana semakin bersemangat dan tak jarang disambut hadirin dengan tepuk tangan meriah dan bergemuruh.Aku pun kerap senyum, tertawa kecil menyimak uraiannya. Secara jujur ia mengakui ketokohan para perintis pendiri kampungnya yang dengan penuh keberanian dan ulet menghadapi berbagai tantangan berat dalam perjuangan mereka. Ia pun sesekali memuji kepemimpinan istrinya sebagai kepala desa dan para sesepuh masyarakat yang telah bahu membahu, bergotong royong dan kompak untuk berperan dalam pembangunan kampung. Ia pun berterimakasih kepada pemerintah Way Kanan yang telah merintis pembangunan jalan batu di desanya. Sadek pun memaparkan betapa keras perjuangan rakyat desa itu yang telah berhasil membuka jalan baru sepanjang 11 km dengan cara swadaya, swakarsa dan swatenaga sehingga terbuka akses ke dan dari desa ke berbagai penjuru di sekitarnya.Sungguh karya besar yang telah berhasil ditorehkan oleh penduduk desa yang baru dua tahun terbentuk.

Tidak hanya kisah heroik ini yang membuat aku terkesan, di tengah-tengah kesederhanaan hidup dan kesehajaan prilaku warga desa yang terdiri dari beberapa etnis itu masih menunjukkan ketulusan hati dengan menyantuni anak-anak yatim yang berasal dari keluarga-keluarga kurang mampu. Iringan isakan tangis haru mengiringi prosesi penyerahan bingkisan bantuan berupa uang ini yang diserahkan secara bergiliran oleh para tokoh desa, masyarakat dan undangan lainnya. Sholawat kepada baginda Rasulullah, Muhammad s.a.w terus dilantunkan mengiringi suasana khusyu', khidmat dan penuh berkah tersebut.Aku tertegun menyaksikan pemandangan surgawi ini, aku bersyukur pada Allah, masih banyak masyarakat yang menurut kalangan tertentu, wong deso, ternyata memiliki semangat pengorbanan dan kepedulian yang ikhlas.




1/14/2009

SK GURU BESAR KU DI STAIN METRO

Alhamdulllah, segala syukur dan pujian kusembahkan bagi Allah SWT dan salam cintaku bagi Nabi ku Muhammad s.a.w. atas terbitnya SK Guru Besar ku (Profesor) dalam Mata Kuliah Pemikiran Politik dan Peradaban Islam pada Sekolah Tinngi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro. SK Guru Besar ku terbit yang kedua di STAIN setelah sebulan sebelumnya terbit SK Guru Besar Ibu Hj. Enizar dalam Mata Kuliah Ilmu Hadits, namun keduanya ber TMT mulai 1 Agustus 2008 ditantangani Menteri Pendidikan Nasional, Prof. DR. Bambang Sudibyo. SK ku benomor 56396/A4.5/KP/2008 dan SK Prof. Enizar bernomor 56394/A4.5/KP/2008.
Kami menunnggu jadwal pengukuhan yang akan diselenggarakan oleh STAIN Metro dalam suatu acara rapat senat terbuka di hadapan undangan dari unsur keluarga, kerabat, sahabat, handai taulan, mitra dan kademisi dari dalam dan luar STAIN. Kemungkinan pengukuhan kami berdua yang baru pertama diadakan di lembaga ini akan dibarengkan pada hari yang sama. Bagi ku peristiwa ini merupakan raihan tertinggi di bidang gelar akademis setelah ku rintis lebih kurang 17 tahun di tiga tempat berbeda, IAIN Raden Fatah Palembang(fak. Syari'ah dan Program Pascasarjana), IAIN Raden Intan Lampung (fak. Tarbiyah dan Program Pascasarjana), Magister Hukum Universitas Bandar Lampung dan STAIN Metro. Ku kumpulkan angka kredit untuk syarat mencapai gelar guru besar dari kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat. Aku menulis dua buku; MEMAHAMI KEGAGALAN POLITIK ISLAM MODERN dan Al-'URWATUL WUTSQO: JURNAL PEJUANG DEMOKRAT yang alhamdulillah telah diterbitkan oleh penerbit di Jakarta atas bantuan adinda Kamran. Selain dari itu, aku pun telah menulis sejumlah artikel di berbagai jurnal akreditasi dan non akreditasi selain tulisan di beberapa media cetak harian lokal.
Aku membayangkan betapa bahagia dan syukurnya yang terbersit dari lubuk hati kedua orangtuaku H.Basyarudin dan Hj. 'Aisyah yang petani kopi dan lada dan berpendidikan Sekolah Rakyat. Istriku tercinta, Asnah Yusfit, S.Pd dan anak-anakku, Muh. Ibnoe Nugraha(16), Salsabila Adinda Syarif (9), dan Muh. Ibnoe Seeda (5),adalah orang-orang yang tercinta dan harta termewah hidupku, insya Allah akan memperoleh berkah dan manfaat sebesar-besarnya dari anugerah guru besarku ini. Demikian pula adik-adikku, Bintang Aria S.Pd. Ganda Putra, Maya Sari S.Pd, Melawati, S.Kom tentu harus kubagikan bagi mereka kesyukuran dan kebahagiaan ini. Trimakasih bagi semua guru-guruku, saudara-daudaraku dan rekan-rekan yang telah berjasa kepada ku. Alhamdulillahi robbil 'alamin.

DO'A KU UNTUK SYUHADA' GAZA

Serbuan tentara zionis Israel ke wilayah Jalur Gaza Palestina sejak 27 Desember 2008, dilakukan secara brutal, biadab, tidak berkeprimanusian, nista dan melanggar segala konvensi internasional. Dengan mengerahkan segala kekuatan instalasi militer dan arsenal amunisi ultra-modern, mulai pesawat tempur super canggih, tanks, rudal udara, roket darat dan bahkan misil mengandung uranium, mesin perang Israel bergerak maju muntahkan ambisi kejinya yang telah memporak porandakan dan melumat ratakan sebuah wilayah berpenduduk padat Gaza yang mayoritas penghuninya keluarga para pejuang gerilyawan Harokah Muqawamah Islamiyah (HAMAS).
Reaksi dari berbagai belahan dunia bermunculan, umumnya mengecam, mengutuk hingga menyumpah serapahkan aksi dari bangsa yang dikenal karena sikap keras kepala sepanjang sejarah umat manusia. Israel, nama lain dari Nabi Allah Ya'qub yang suci, telah menjelma jadi bangsa monster, kotor, biadab, tanpa nurani dan pewaris tahta Fir'aun, kaum 'Ad, Saba' dan Namrud. Kita tengah menyaksiskan krisis kemanusiaan tak terperi, imbasnya melebihi krisis keuangan global yang menjadi kekhawatiran bangsa-bangsa saat ini. Kita masih harus melihat drama pembantaian, pemusnahan bangsa (genocide) yang entah kapan berujung.


Hanya Allah yang dapat menghentikan kekerasan, kezaliman, kekejian dan penindasan manusia atas manusia. Ku senandungkan untaian suara do'aku: "Malamku do'a untuk mu, sujudku bagi pengampunanmu, fatihah ku hadiah untuk mu, surga ku ku siapkan untuk syuhada mu, Palestina."

Kesadaran Diri

Tulisan ini sarikan dari web gontor yang merupakan bunga rampai tulisan Drs. K.H Imam Badri (alm).
Kita sebagai manusia yang telah dikaruniai Allah panca indra dan akal pikiran hendakanya sadar akan eksistensi diri kita sebagai khalifah di bumi ini; mengolah dan memanfaatkannya. Mengolah bumi dan isinya dengan sebaik-baiknya tanpa merusak keseimbangannya. Sebagaimana yang tersebut dalam al-Qur‘an, bahwasanya Allah menyerahkan urusan manusia kepada diri manusia sendiri, apakah ia akan melaksanakan perbuatan baik atau jahat. Semua itu tergantung pada keinginan manusia itu sendiri. Begitu pula, baik buruknya balasan yang akan diterima, semuanya bergantung kepada perbuatan manusia itu sendiri.
Akal pikiran dan panca indra saja tidaklah cukup untuk dijadikan petunjuk bagi manusia untuk melewati jalan yang panjang dan berliku-liku. Karena itu Allah mengutus Nabi di setiap zaman dan kaum untuk menunjukkan jalan yang lurus dan benar bagi ummatnya, agar mereka semua selamat dan bahagia di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad adalah Nabi yang terakhir dan terbesar yang membawa misi penyempurnaan ajaran-ajaran Nabi sebelumnya. Risalah yang dibawa Nabi itulah di antara petunjuk-petunjuk Allah yang diberikan kepada hambaNya, tinggal mereka itu sendiri, apakah mau membuka hati untuk menerima hidayah itu ataupun tidak. Setelah itu manusia tidak bisa lagi mengajukan alasan dalam mempertanggungjawabkan amalannya di hadapan Sang Khaliq nanti.

Namun kebanyakan manusia sekarang lupa akan dirinya, mereka lebih cenderung melakukan perbuatan batil. Padahal Allah telah menurunkan petunjuk-petunjukNya kepada RasulNya Muhammad Saw sebagai rahmatan lil’alamin. Bahkan Nabi Muhammad Saw telah memberikan contoh dan pelajaran dalam sunnah-sunnahnya. Beliau bersabda:
…………….
“Salatlah kamu sebagaimana kamu melihatku salat.” (HR. Bukhari)

Hadis di atas secara tidak langsung memerintahkan umatnya untuk melihat perbuatan dan tingkah laku Rasulullah yang harus kita tiru dan kita laksanakan. Kesadaran, itulah yang dibutuhkan manusia untuk menggapai semua itu, dengan hati kecil yang dimiliki yang selalu condong kepada kebenaran, hendaklah manusia berusaha menyadarkan dirinya dan mengikuti kata hatinya yang insya Allah akan menuntunnya menuju jalan yang benar, serta sadar bahwa hawa nafsu wajib ditinggalkan, karena ia akan menuntunnya menuju kehancuran.
Manusia harus sadar bahwa waktu yang diberikan kepadanya harus digunakan secara efisien, sadar bahwa perintah Allah harus dijalankan dan laranganNya harus ditinggalkan, karena semua itu adalah demi kebaikan manusia itu sendiri. Manusia harus sadar bahwasannya Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena Dia tidak hanya menciptakan hawa nafsu, tapi juga menciptakan akal sehat, hati, dan petunjuk-petunjuk yang dapat membentengi dan bahkan mengalahkan nafsu tersebut.
Akhirnya, kita sebagai manusia biasa hendaknya kita berbuat kebaikan dengan maksimal menurut kadar dan kemampuan kita. Apalagi dalam kondisi negara kita sekarang ini yang sedang dilanda krisis yang paraha dalam bidang ekonomi, politik, dan moral. Maka dibutuhkan suatu kerja keras untuk keluar dari krisis tersebut. Kunci terakhir adalah kesadaran diri, dan itu ada pada tangan setiap orang, pilihannyalah yang akan menentukan masa depannya.
………………..
“Jika kamu berbuat kebaikan maka kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan apabila kamu berbuat kejahatan maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri pula.” (QS. Al-Isra: 7)[]


PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN

Kutipan-kutipan berikut diambil dari buku The Making of a Leader oleh Robert Clinton, yang mengobservasi secara cermat ratusan pemimpin dan pola-pola pengembangan yang konsisten dari seorang ke orang yang lainnya.

“Kepemimpinan ialah proses belajar yang berlangsung seumur hidup. Kepemimpinan bukan sebuah program kursus mandiri yang dapat diselesaikan dalam beberapa bulan atau tahun.”

“Tantangan terbesar kita sebagai pemimpin ialah mengembangkan karakter yang saleh. Warren Wiersbe mengemukakan pokok persoalan berikut: ‘Terlepas dari karakter, pelayanan hanyalah merupakan kegiatan keagamaan atau bahkan lebih buruk, bisnis keagamaan.’ ”

“Seseorang bertanya kepada ahli keuangan, J.P. Morgan, apa jaminan terbaik yang dapat diberikan klien kepadanya. Morgan menjawab, ‘Karakter.’ ”

Unsur-unsur dari Proses yaitu cara dan alat yang dipakai Allah untuk menggerakkan seorang pemimpin dalam pola keseluruhan pengembangan kepemimpinan.

Terdapat banyak unsur proses yang bisa dipakai untuk terus mengembangkan diri kita sebagai pemimpin. Berikut ini kita hanya akan memperhatikan tiga diantaranya.

1. Pengasingan

2. Konflik

3. Krisis

1/09/2009

Hadapi Tekanan dengan Senyuman

Hidup adalah dinamika, saluran besar bagi semua aliran masalah yang muncul sebagai akibat interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dinamika dapat muncul dalam wujud kemudahan, kesulitan, potensi peluang, tantangan, hambatan dan bahkan mungkin ancaman yang menunggu esok. Sebagai manusia dengan segala tingkatan tumbuh dan kematangan derajat kemanusiaannya, tentu memiliki kemampuan berbeda dalam merespons berbagai dinamika yang dihadapi. Acapkali, seseorang mengalami situasi tidak menentu dalam menghadapi masalah yang muncul akibat dari prilakunya sendiri. Tidak jarang kemudian seorang tidak berdaya, gamang dan kehilangan orientasi dalam memaknai suatu dinamika hingga suatu potensi peluang akan berubah menjadi kerugian, kemudahan menjelma kesulitan dan atau kenyamanan bergeser kepada ancaman.

Ketika situasi terbalik seperti ini muncul, manusia cenderung mulai dihinggapi kecemasan dan kemudian pada tingkat selanjutnya mungkin ketertekanan yang mungkin berujung pada ketidakberdayaan. Manakala situasi semacam ini kerap berulang dihadapi seseorang, dikhawatirkan berdampak pada kerapuhan jiwa, semangat dan bahkan ketidakpercayaan dirinya. Akibat samping lainnya, seorang biasanya diliputi potensi kecut dalam menghadapi masalah dan bersikap kurang peduli terhadap segala bentuk perubahan kehidupan.

Gambaran manusia seperti di atas, dari waktu ke waktu banyak muncul di tengah-tengah kita dalam sosok yang bermacam-macam. Kita sering bertemu dengan manusia yang tampil mempesona namun berhati kecil, berkarakter lemah dan sesungguhnya dia sedang bersembunyi di tengah keramain manusia. Lalu bagaimana agar kita tidak termasuk dalam jenis prilaku atau golongan manusia yang tidakberdaya, berpribadi lemah dan takut menghadapi tantangan; bagaimana kita mampu tegar, tegas dan pemberi makna positif pada dinamika.

Kami tidak bermaksud memberi advis, kiat jitu atau obat mujarab untuk menjadi acuan bagi seorang yang ingin keluar dari tekanan. Karena setiap orang memiliki cara atau memerlukan penanganan berbeda untuk melepaskan diri dari masalah yang menggelisahkan dinamika kehidupannya.

Hemat kami, hidup adalah gerak dan pilihan (motion and choise). Gerak adalah keadaan dimana hidup mengikuti arus dan alur waktu, terserap ke berbagai pengaruh alam semesta, terpola oleh lingkungan wujudnya. Pilihan adalah reaksi spontan seorang untuk merespons keadaan yang memaksanya untuk bersikap dalam keadaan sadar dan bertanggungjawab. Jika gerak dan pilihan adalah dua unsur yang harus ditempuh dalam kehidupan, maka seorang memerlukan unsur atau faktor lain yang dapat membantunya untuk bergerak dan memilih. Faktor x ini yang mungkin tiap orang perlu mencarinya berdasarkan potensi, pengetahuan dan pengalaman masing-masing.




1/07/2009

Demokrasi Kampus STAIN

Demokrasi dan Kampus, bagai ruh dan jasad. Keduanya saling membutuhkan untuk hidup dan tumbuh. Suatu lingkungan akademis akan tumbuh dan berkembang apabila pilar-pilar demokrasi hidup ditengah-tengah civitas akademikanya. Demokrasi kampus memberi ruang bagi munculnya inisiatif, ide, gagasan yang akan memperkaya pola dan arah perkembangan akademis ke arah yang sehat, kompetitif dan memberdayakan semua elemen di dalam kampus



PERAN BUDAYA DALAM KEPEMIMPINAN

Acara serah terima jabatan itu selesai sudah. Sederhana, namun khidmat, begitu komentar beberapa karyawan. Tiba-tiba ada orang yang berbisik lirih, “Tapi dia orang Jawa Barat lho, biasanya kalau jadi pemimpin kurang tegas…” Orang yang mendengar itu tampak meng-amin-kannya. Tiba-tiba di belakang mereka ada yang menyela, “Tapi banyak juga lho orang Sunda yang tegas. Banyak contohnya lho…”
Apa yang saling dibisikkan itu memang sah-sah saja. Bawahan memiliki harapan-harapan tersendiri tentang pemimpinnya. Bagi orang Jawa, mereka ingin memiliki pemimpin yang merupakan perpaduan raja dan kyai. Ya tegas dan juga bijaksana, serta memberi ketentraman sebagaimana pendeta yang memberi keteduhan kepada orang-orang. Apakah harapan itu berlebihan? Tidak. Orang-orang Jawa mengharapkan pemimpin seperti itu karena budaya Jawa yang memang menghendaki pemimpin selain memimpin Negara juga menjadi pemimpin agama.
Apa gelar Sultan Agung Mataram? Sultan Agung Hanyokrokusumo Sayidin Panatagama. Lihat, sultan itu diharapkan juga bisa menjadi pemimpin agama bukan?
Ketika Soeharto pulang dari ibadah haji, apa nama lengkapnya? Haji Muhammad Soeharto. Ini juga mencerminkan adanya ‘krenteg’ atau niat untuk menjadi pemimpin agama.
Ketika seorang menjadi bawahan, orang itu memiliki seperangkat harapan. Teori leadership categorization (Lord & Maher, 1991), menjelaskan harapan itu dalam bentuk prototype harapan. Contoh, seperti uraian di atas, begitu bawahan orang Jawa jelas menginginkan pemimpin ideal sesuai dengan prototype Jawa. Ketika pemimpinnya dari suku lain, dan ternyata pemimpin itu berperilaku berbeda dengan harapannya itu, para bawahan itu akan menganggap atasan itu tidak mampu memimpin.
Mengapa mereka memiliki seperangkat harapan? Karena bawahan ingin bisa memprediksi perilaku atasan. Memprediksi? Ya, manusia adalah makhluk kebiasaan. Dengan memprediksi perilaku atasan, yang biasanya tidak berubah-ubah, bawahan akan menyesuaikan diri dengan atasannya itu. Tapi, perilaku atasan tadi dan juga bawahan sangat dipengaruhi oleh budaya. Ketika kita bicara budaya, di tahun 1952 saja, peneliti Kroeber dan Kluckhohn sudah menemukan 160 definisi budaya. Definisi budaya yang relative mudah dimengerti adalah dari Hofstede (1984). Ia menjelaskan budaya adalah “pemrograman kolektif terhadap pikiran yang membedakan antara kelompok satu dengan lainnya.”
Pemimpin sangat dipengaruhi oleh budaya. Pernyataan ini semakin diperkuat oleh penelitian Laurent (1986) yang menemukan bahwa budaya pengaruhnya tiga kali lebih kuat dibanding jenis kelamin, tingkat pendidkan atau pekerjaan.
Budaya itu merasuk ke dalam perilaku kita melalui lingkungan rumah, dan interaksi kita dengan anggota masyarakat sekitar kita. Kemudian, tanpa kita sadari, kita sudah ‘memeluk’ budaya itu.
Ketika Sergio Matviuk (2007) ingin melihat apakah ada perbedaan budaya pemimpin Amerika Serikat dan Meksiko terhadap harapan pemimpin ideal, dia menemukan bahwa memang ada perbedaan harapan antar kedua Negara itu.
Jadi ketika kita menjadi pemimpin, kita harus memahami benar di daerah mana kita bertugas. Bagaimana budaya yang ada di daerah itu? Bagaimana harapan-harapan mereka terhadap kita.
Caranya bagaimana? Anda datang kepada karyawan anda. Dengarkan bagaimana mereka ‘mendambakan’ pemimpin ideal. Melalui mendengarkan yang intens, anda akan menemukan seperangkat harapan itu. Setelah anda mendengarnya, kemudian telitilah kira-kira gaya kepemimpinan anda seperti apa. Apakah anda bisa memenuhi harapan mereka?
Setelah itu, ajaklah karyawan anda melihat sudut pandang lain tentang harapan pemimpin yang lain. Anda bisa mencontohkan para pemimpin ideal, baik yang masih hidup atau yang sudah mati. Anda juga ceritakan bagaimana pemimpin ideal menurut budaya atau suku anda. Dengan cara mengajak berdialog ini saja akan menyadarkan karyawan bahwa ternyata harapan pemimpin ideal itu banyak dipengaruhi oleh budaya pemimpin itu.
Kemudian, katakan kepada karyawan bahwa anda akan berusaha untuk memenuhi harapan mereka. Anda akan berusaha sekuat tenaga menjadi pemimpin ideal, namun anda perlu ingatkan, karena anda datang dari budaya yang berbeda, mungkin kepemimpinan anda tidaklah terlalu cocok dengan mereka.
Jika anda berani secara terus terang seperti itu, saya yakin karyawan akan memahami beda harapan pemimpin ideal. Tapi ada satu yang selalu benar di mana pun, bawahan selalu mengharapkan pemimpin yang jujur. Jadi, agar anda tidak ‘tersesat’ dalam pemenuhan harapan itu, jujurlah dalam memimpin, niscaya anda akan sukses. Tentu kejujuran itu harus dipadu dengan berbagai keterampilan kepemimpinan yang lain…

;;

Comment Box


ShoutMix chat widget

Banner

PuskomSTAINMetro Awan


Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. (Khalifah ‘Umar)
Template by Abdul Munir | Blog - Layout4all