1/20/2009

TANJUNNGRAJA SAKTI DAN SPIRIT PERUBAHAN

Perjalananku dihari sabtu 17 Januari 09 ke sebuah desa, Tanjung Raja Sakti kecamatan Blambangan Umpu Way Kanan bersama ayahku H. Basyarudin, Abahku Salih, adikku Ganda Putra dan ponakanku Aris menggunakan Innova silver metalik guna memenuhi undangan saudaraku, Sadek dan Ali Damsi untuk silaturrahmi dalam perhelatan ruwatan kampung dalam rangka ulangtahun desa yang kedua setelah secara definitif berdiri sendiri, terpisah dari induknya Tanjung Raja Giham. Kami tiba di desa yang masuk sekitar 500 meter dari pinggir Jalan Lintas Tengah Sumatera itu pada pada pukul 9.25 menit setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam dari Bandar Lampung dan sempat singgah lebih kurang 30 menit di rumah orangtuaku di Tiuh Balak Pasar Baradatu untuk berganti pakaian.
Bagiku kali ini perjalanan yang kedua setelah 2 minggu sebelumnya kami menginjakkan kaki di dusun yang berpenduduk lebih kurang 1200 jiwa itu yang dipimpin oleh seorang kepala desa wanita berpendidikan sarjana, masih muda dan memiliki semangat pengabdian tinggi untuk membangun daerah tempat tinggalnya.Ia dan suaminya, Sadek bahu membahu mengajak masyarakat untuk memajukan kampung mereka.

Kedatangan kami memang telah dinanti-nantikan oleh panitia karena aku mendapat amanah memberi tausyiyah dalam rangka tahun baru Islam 1430 H dan syukuran kampung ke 2. Tiba di lokasi, kami langsung disambut Sadek dan panitia lainnya yang langsung mengarahkan kami ke kursi paling muka beriringngan dengan Camat Blambangan Umpu, Erlan dan Istri yang tiba di lokasi lebih dulu. Aku duduk diapit oleh adinda Yose Rizal, SE, ketua Partai HANURA Way Kanan dan Junjun, Alimudin Sulung sambil mendengarkan suguhan mawalan yang dimainkan oleh remaja2 muslim kampung.Terik mulai menyengat di bawah tenda yang dipasang di halaman sebuah sekolah dasar negeri diatas hamparan tanah berpasir. Namun panas yang menerpa itu tidak mengurangi antusiasme para tamu yang makin banyak berdatangan untuk mengikuti serangkain acara bersama penduduk kampung yang terlihat cukup bersemangat dan meriah.


setelah menikmati suguhan beberapa lagu bernuansa religi, protokol segera menyapa undangan, acara pun di mulai. Sambutan demi sambutan disampaikan oleh para pengisi acara, mulai dari panitia, kepala desa, wakil tamu, camat, pembacaan hstoris kampung dilanjutkan dengan pemberian santunan kepada 21 anak yatim dari lingkungan penduduk desa, pemotongan kue tart ulang tahun, kemudian aku dipanggil untuk menyampaikan ceramah agama tentang hikmah tasyakkuran dan tahun baru Islam.

Dari berbagai pidato sambutan, aku terkesan dengan penyampaian Bapak Sadek. Ia mencoba mengemukakan sejarah berdirinya kampung Tanjung Raja Sakti yang dimulai dari sebuah dusun di desa Tanjung Raja Giham yang lokasinya berada di pinggir lahan perkebunan milik sebuah perusahaan kayu. Berkat usaha Kadus, Bapak Ibrahim yang didukung oleh Kades Giham, Bapak Alimudin Sulung,yang memang figur tokoh terkemuka dan tauladan masyarakat di sana, mereka mulai merintis usaha pendirin kampung difinitif dengan cara memperluas lahan yang diperoleh dari perusahaan kayu disana. Mereka pun secara bertahap mendatangkan pemukim baru dari daerah-daerah sekitarnya untuk menempati dusun tersebut. Akhirnya dengan perjuangan yang keras dan tanpa lelah, pada tahun 2007, dusun itu menjadi desa definitif yang bernama Tanjungraja Sakti. Untuk melengkapi struktur desa, mereka mengangkat pelaksana tugas kepala desa dan para kepala dusun yang kini mengepalai 6 dusun.

Gaya bicara Sadek yang polos dan berapi-api di atas panggung, telah menambah suasana semakin bersemangat dan tak jarang disambut hadirin dengan tepuk tangan meriah dan bergemuruh.Aku pun kerap senyum, tertawa kecil menyimak uraiannya. Secara jujur ia mengakui ketokohan para perintis pendiri kampungnya yang dengan penuh keberanian dan ulet menghadapi berbagai tantangan berat dalam perjuangan mereka. Ia pun sesekali memuji kepemimpinan istrinya sebagai kepala desa dan para sesepuh masyarakat yang telah bahu membahu, bergotong royong dan kompak untuk berperan dalam pembangunan kampung. Ia pun berterimakasih kepada pemerintah Way Kanan yang telah merintis pembangunan jalan batu di desanya. Sadek pun memaparkan betapa keras perjuangan rakyat desa itu yang telah berhasil membuka jalan baru sepanjang 11 km dengan cara swadaya, swakarsa dan swatenaga sehingga terbuka akses ke dan dari desa ke berbagai penjuru di sekitarnya.Sungguh karya besar yang telah berhasil ditorehkan oleh penduduk desa yang baru dua tahun terbentuk.

Tidak hanya kisah heroik ini yang membuat aku terkesan, di tengah-tengah kesederhanaan hidup dan kesehajaan prilaku warga desa yang terdiri dari beberapa etnis itu masih menunjukkan ketulusan hati dengan menyantuni anak-anak yatim yang berasal dari keluarga-keluarga kurang mampu. Iringan isakan tangis haru mengiringi prosesi penyerahan bingkisan bantuan berupa uang ini yang diserahkan secara bergiliran oleh para tokoh desa, masyarakat dan undangan lainnya. Sholawat kepada baginda Rasulullah, Muhammad s.a.w terus dilantunkan mengiringi suasana khusyu', khidmat dan penuh berkah tersebut.Aku tertegun menyaksikan pemandangan surgawi ini, aku bersyukur pada Allah, masih banyak masyarakat yang menurut kalangan tertentu, wong deso, ternyata memiliki semangat pengorbanan dan kepedulian yang ikhlas.




0 Comments:

Post a Comment



Comment Box


ShoutMix chat widget

Banner

PuskomSTAINMetro Awan


Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. (Khalifah ‘Umar)
Template by Abdul Munir | Blog - Layout4all