1/14/2009

Kesadaran Diri

Tulisan ini sarikan dari web gontor yang merupakan bunga rampai tulisan Drs. K.H Imam Badri (alm).
Kita sebagai manusia yang telah dikaruniai Allah panca indra dan akal pikiran hendakanya sadar akan eksistensi diri kita sebagai khalifah di bumi ini; mengolah dan memanfaatkannya. Mengolah bumi dan isinya dengan sebaik-baiknya tanpa merusak keseimbangannya. Sebagaimana yang tersebut dalam al-Qur‘an, bahwasanya Allah menyerahkan urusan manusia kepada diri manusia sendiri, apakah ia akan melaksanakan perbuatan baik atau jahat. Semua itu tergantung pada keinginan manusia itu sendiri. Begitu pula, baik buruknya balasan yang akan diterima, semuanya bergantung kepada perbuatan manusia itu sendiri.
Akal pikiran dan panca indra saja tidaklah cukup untuk dijadikan petunjuk bagi manusia untuk melewati jalan yang panjang dan berliku-liku. Karena itu Allah mengutus Nabi di setiap zaman dan kaum untuk menunjukkan jalan yang lurus dan benar bagi ummatnya, agar mereka semua selamat dan bahagia di dunia dan akhirat. Nabi Muhammad adalah Nabi yang terakhir dan terbesar yang membawa misi penyempurnaan ajaran-ajaran Nabi sebelumnya. Risalah yang dibawa Nabi itulah di antara petunjuk-petunjuk Allah yang diberikan kepada hambaNya, tinggal mereka itu sendiri, apakah mau membuka hati untuk menerima hidayah itu ataupun tidak. Setelah itu manusia tidak bisa lagi mengajukan alasan dalam mempertanggungjawabkan amalannya di hadapan Sang Khaliq nanti.

Namun kebanyakan manusia sekarang lupa akan dirinya, mereka lebih cenderung melakukan perbuatan batil. Padahal Allah telah menurunkan petunjuk-petunjukNya kepada RasulNya Muhammad Saw sebagai rahmatan lil’alamin. Bahkan Nabi Muhammad Saw telah memberikan contoh dan pelajaran dalam sunnah-sunnahnya. Beliau bersabda:
…………….
“Salatlah kamu sebagaimana kamu melihatku salat.” (HR. Bukhari)

Hadis di atas secara tidak langsung memerintahkan umatnya untuk melihat perbuatan dan tingkah laku Rasulullah yang harus kita tiru dan kita laksanakan. Kesadaran, itulah yang dibutuhkan manusia untuk menggapai semua itu, dengan hati kecil yang dimiliki yang selalu condong kepada kebenaran, hendaklah manusia berusaha menyadarkan dirinya dan mengikuti kata hatinya yang insya Allah akan menuntunnya menuju jalan yang benar, serta sadar bahwa hawa nafsu wajib ditinggalkan, karena ia akan menuntunnya menuju kehancuran.
Manusia harus sadar bahwa waktu yang diberikan kepadanya harus digunakan secara efisien, sadar bahwa perintah Allah harus dijalankan dan laranganNya harus ditinggalkan, karena semua itu adalah demi kebaikan manusia itu sendiri. Manusia harus sadar bahwasannya Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena Dia tidak hanya menciptakan hawa nafsu, tapi juga menciptakan akal sehat, hati, dan petunjuk-petunjuk yang dapat membentengi dan bahkan mengalahkan nafsu tersebut.
Akhirnya, kita sebagai manusia biasa hendaknya kita berbuat kebaikan dengan maksimal menurut kadar dan kemampuan kita. Apalagi dalam kondisi negara kita sekarang ini yang sedang dilanda krisis yang paraha dalam bidang ekonomi, politik, dan moral. Maka dibutuhkan suatu kerja keras untuk keluar dari krisis tersebut. Kunci terakhir adalah kesadaran diri, dan itu ada pada tangan setiap orang, pilihannyalah yang akan menentukan masa depannya.
………………..
“Jika kamu berbuat kebaikan maka kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan apabila kamu berbuat kejahatan maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri pula.” (QS. Al-Isra: 7)[]


0 Comments:

Post a Comment



Comment Box


ShoutMix chat widget

Banner

PuskomSTAINMetro Awan


Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. (Khalifah ‘Umar)
Template by Abdul Munir | Blog - Layout4all