2/11/2009

ABAH BARUSMAN TOKOH LAMPUNG ASAL WAY KANAN TELAH TIADA.

Pagi, Jum’at 16 Januari 09, dalam kamar hotel di wilayah Jakarta Selatan, setelah HPku aktif, kulihat ada kotak sms dari Ibu Lintje Marpaung, rekan tim dosenku di MH Universitas Bandar Lampung. Segera kubuka dan terbaca kalimat pertama inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, disambung dengan berita telah berpulang Bapak H. RM. Barusman kepada Yang Kuasa, dini hari Jum’at, pk. 01.45 di RS Urip Sumohardjo, mohon diinformasikan kepada kawan-kawan. Reaksi spontan yang muncul di benakku kurang percaya karena sepengetahuanku Abah, demikian kami menyapanya, suatu panggilan kehormatan keluarga kami dari Way Kanan, terlihat sehat, bugar dan masih bersemangat mengikuti perkembangan. Imaginasiku pun melayang, membayangkan suasana hati saudaraku, puakhiku, Yusuf Barusman, putra sulung beliau beserta Andala adik lelakinya yang akrab denganku. Di benakku, Majikan, panggilan kehormatan kami keluarga untuk Yusuf beserta keluarga besar tentu sangat terpukul, duka, pilu dan dirundung kesedihan mendalam tatkala menerima ujian (musibah) kehilangan orang yang paling mereka cintai, sayangi, hormati dan banggakan untuk selama-lamanya, meninggalkan sejuta kenangan pahit dan manis tak terlupakan.

Sesuai harapan dalam sms, berita duka ini kuteruskan kepada keluarga di Bandar Lampung, Way Kanan, dan beberapa kawan lainnya. Untuk memperoleh informasi akurat dan menepis keraguan tentang berita ini, aku coba telepon majikan sambil dadaku berdetak agak kencang saat menunggu telp diangkat. Setelah saling mengucap salam, aku langsung berinisiatif membuka pertanyaan dengan kalimat bahasa Lampung, khas dialog kami selama ini, “majikan, temon kodo, abah kak lijung?”, dengan suara berat yusuf menjawab “temon, jeno bingi di urip sumohardjo jam 1.45, mahafko Abah yu”. “Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un”, timpalku, kulanjutkan dengan upaya menghibur, ” yu kidah, niku sabar yu puakhiku, ikhlasko Abah lijung, beliau kak tenang, lagi wat sikam keluarga mu sai dapok jama-jama melanjutko perjuangan beliau. Niku mak pesaian adinda.” Sambil sesegukan menangis, majikan dengan rendah hati, minta saya, “mahafko Abah yu amon wat salah na”, yang langsung kusela “ya majikan, beliau mak dok salah, insya Allah beliau di surga Allah, sabar yu.” Sejak itu aku percaya bahwa Abah telah tiada, meninggalkan nama besar, jasa besar dan putra-putri yang insya Allah telah siap melanjutkan dan mempertahankan nama besarnya.
Pria yang tutup usia 71 tahun ini yang bertemu terakhir kali di perayaan ulang tahun yusuf ke 40 di graha pattimura, di mataku adalah sosok yang ramah, murah senyum, penuh perhatian, cedas dan pengayom keluarga besarnya baik dari pihak saudara-saudaranya dari Way Kanan maupun dengan pihak keluarga istrinya, yang berasal dari tradisi ningrat Solo. Abah Drs. Haji Rya Makbul Barusman adalah seorang akademisi sejati, karirnya sebagai pegawai negeri sipil dosen di fakultas Ekonomi Unila ditekuninya hingga beliau pensiun. Di samping tugas pokoknya, ia bersama istri merintis pendirian yayasan Administrasi Lampung, membuka akademi sekretaris dan manajemen dan kemudian membuka Universitas Bandar Lampung yang sudah sangat dikenal di dalam dan luar Lampung. Universitas Bandar Lampung menjelma jadi ikon perguruan tinggi swasta di daerah ini yang cukup diminati oleh masyarakat dan terus berkembang dari waktu ke waktu. Walaupun banyak bermunculan perguruan-perguruan tinggi baru di sekelilingnya, UBL tidak pernah kehilangan pamor dan daya tarik. Institusi yang penah menjadi kebanggaan masyarakat Lampung ini karena mampu mensejajarkan diri dengan universitas swasta lain di Indonesia telah memberi sumbangan luar biasa kepada masyarakat terutama dalam menyediakan puluhan ribu tenaga sarjana yang berkualitas yang telah berkarir, berkarya dan berprestasi di pelbagai sektor pembangunan seperti dunia birokrasi, ekonomi, hukum dan teknologi. Bahkan setelah beliau menyerahkan tampuk kepemimpinan UBL kepada putra tertuanya Yusuf Sulfarano yang alumni magister bisnis dari Amerika, UBL telah mengembangkan kapasitas institusi dengan membuka program pascasarjana dalam bidang ilmu manajemen, hukum dan teknik yang makin diminati oleh masyarakat dari pelbagai pelosok propinsi Lampung dan dari berbagai latar belakang profesi.
Abah, semasa hidup kita hanya sempat bergaul sejenak, namun abah telah mempertautkan ikatan persaudaraan antara aku dan putra-putri generasi penerus abah, abah pun telah banyak memberi inspirasi kepadaku bahwa kita orang kampung dari Way Kanan, mampu menorehkan prestasi besar yang akan dikenang dan dihargai masyarakat. Abah, selamat jalan, istirahatlah dengan tenang, kami berdo’a untuk Abah dan insya Allah kami dapat mencontoh kiprah, karya dan keteladanan Abah. Selamat jalan putra terbaik Way Kanan, Selamat jalan tokoh besar pendidikan Lampung.

0 Comments:

Post a Comment



Comment Box


ShoutMix chat widget

Banner

PuskomSTAINMetro Awan


Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar. (Khalifah ‘Umar)
Template by Abdul Munir | Blog - Layout4all